twitterFacebooklinkedin

Membangun Gerakan Untuk Akuntabilitas: Belajar dari Pengorganisasian Perempuan Indonesia

Date: Juli 2019
Author(s): Nani Zulminarni, Valerie Miller, Alexa Bradley, Angela Bailey, and Jonathan Fox
Publication type: Working Paper
Published by: Accountability Research Center, Just Associates, and PEKKA

English Version: Movement-building for Accountability: Learning from Indonesian Women’s Organizing

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) adalah organisasi asal Indonesia yang bekerja di akar rumput yang menjalankan visi pemberdayaan dan partisipasi perempuan untuk perubahan sosial. Sejak tahun 2001, PEKKA telah menyoal eksklusi sosial yang mengakar di masyarakat melalui pendidikan populer, pengembangan kepemimpinan yang intensif dan akuntabilitas sosial serta advokasi kebijakan. Ribuan perempuan marjinal telah melawan stigma dan terlibat dalam ruang publik dengan ikut serta dalam kehidupan politik dan aksi bersama yang berkelanjutan. Penekanan pada suara akar rumput yang mandiri ini mulai diwujudkan dengan pembentukan 2.559 koperasi tingkat desa dan seterusnya meningkat hingga ke tingkat kabupaten, provinsi dan nasional (PEKKA, 2017).   Kombinasi kegiatan advokasi nasional PEKKA dengan pengorganisasian akar rumput dan kekuatan penyeimbang telah mempengaruhi program sosial tingkat nasional dan memperluas akses perempuan terhadap sistem hukum. Meningkatnya akses terhadap sejumlah lembaga pengadilan memungkinan perempuan untuk memperoleh dokumen hukum dari status kewarganegaraan mereka. Hal ini menjadikan perempuan dapat meresmikan sebuah pernikahan yang diselenggarakan berdasarkan hukum Islam dan mencatatkan kasus perceraian yang memungkinkan mereka untuk diakui sebagai kepala keluarga. Pengalaman dalam memperoleh dokumen hukum dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk mendapatkan akte kelahiran untuk anak-anak mereka, sehingga menjamin kesempatan dan akses terhadap layanan-layanan sosial, termasuk pendidikan, bagi generasi berikutnya.   PEKKA terlibat dalam membangun kemitraan lintas sektor dengan pemerintah lokal, otoritas keagamaan, pengambil kebijakan nasional dan lembaga pembangunan internasional. Hal ini menciptakan kesempatan dan legitimasi secara politik yang dibutuhkan untuk mengarahkan budaya yang kompleks dan dinamika politik serta melawan kekuatan yang menentang akuntabilitas dan pelibatan sosial.   Anggota komunitas PEKKA mengangkat isu tentang akuntabilitas sosial, akses pemantauan terhadap layanan-layanan sosial dan penyelesaian berbagai masalah melalui kerjasama dengan para pemegang otoritas-meskipun tidak menggunakan istilah tersebut. Apa yang membuat pendekatan yang dilakukan PEKKA terhadap akuntabilitas sosial menjadi pembeda adalah penekanan mereka dalam membangun dasar sebuah basis sosial yang luas dan mandiri untuk mengangkat pendapat perempuan akar rumput, dikombinasikan dengan pendekatan berbagai level dalam advokasi. PEKKA begitu mempertimbangkan hal ini dengan melibatkan para pemegang otoritas mulai dari tingkat desa, nasional dan internasional.   Upaya panjang PEKKA untuk membangun sebuah basis organisasi yang luas dengan lebih dari 31.447 anggota telah memunculkan konsep ulang dan baru dari bahasa, analisis dan ide-ide strategis dalam hal transparansi, partisipasi dan akuntabilitas (TPA).   Pelajaran utama dari strategi-strategi akuntabilitas dari PEKKA, adalah sebagai berikut:  

  1. Menunjukkan dasar kelembagaan dan sebab budaya dari eksklusi sosial untuk menciptakan ruang dan kepercayaan diri yang dibutuhkan bagi perempuan guna menyuarakan pendapat mereka dan melakukan aksi bersama.
  2. Memanfaatkan pemberdayaan ekonomi untuk membangun fondasi sosial guna mewujudkan suara yang mandiri dan keterlibatan dalam kewarganegaraan.
  3. Membangun kekuatan penyeimbang melalui aksi strategis dalam meningkatkan suara anggota, keterampilan kepemimpinan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam seluruh aspek kegiatan.
  4. Menghadirkan sejumlah bukti kepada khalayak yang lebih luas guna memajukan strategi-strategi advokasi dan dampak maksimalnya.
  5. Membina aliansi dan hubungan di luar maupun di dalam pemerintahan pada berbagai level untuk memperluas dampak dan perlawanan terhadap penentangnya.

 

Nani Zulminarni Nani Zulminarni adalah Pendiri dan Direktur Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA). Spesialis pembangunan dan jender asal Indonesia ini memegang gelar master bidang sosiologi, Nani telah memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai penggiat pendidikan populer, feminis dan aktivis yang bekerja untuk pemberdayaan politik, ekonomi dan sosial perempuan. Saat ini ia juga menduduki jabatan sebagai Presiden the Asia South Pacific Association for Basic and Adult Education (ASPBAE) dan pendiri sekaligus penasehat dari Just Associates Southeast Asia. Informasi lebih jauh tentang Nani, lihat: https://justassociates.org/en/bio/nani-zulminarni. Valerie Miller Valerie Miller telah bekerja di bidang advokasi, pembangunan internasional, jender, dan hak asasi manusia lebih dari 35 tahun. Ia bekerjasama dengan organisasi akar rumput, gerakan sosial, organisasi non-pemerintah (NGO) dan agensi internasional sebagai organisator, advokat, penggiat pendidikan populer, evaluator dan peneliti. Lebih jauh tentang Valerie, lihat: https://justassociates.org/en/bio/valerie-miller. Alexa Bradley Alexa Bradley telah bekerja sebagai organisator, fasilitator, ahli strategi organisasi dan penggiat pendidikan populer lebih dari 25 tahun, khususnya fokus dalam mengaitkan pengorganisasian masyarakat dengan strategi-strategi gerakan sosial yang lebih luas. Sebagai Knowledge Development Coordinator di JASS, ia membantu organisasi dalam menerima dan mendalami pelajaran dari kerja internal organisasi dan berbagi pandangan-pandangan dari praktik yang dilakukannya khalayak aktivis global yang lebih luas. Lebih lanjut tentang Alexa, lihat: https://justassociates.org/en/bio/alexa-bradley. Angela Bailey Angela Bailey bergabung di ARC pada Agustus 2016 setelah satu dekade sebelumnya bekerja dalam perancangan dan pelaksanaan program pada sejumlah NGO internasional. Sebelumnya, Angela adalah Direktur pada sebuah program akuntabilitas bidang kesehatan di Uganda. Ia menyelesaikan program master di Columbia University School of International and Public Affairs (SIPA). Jonathan Fox Jonathan Fox adalah seorang profesor pada the School of International Service di American University dan Direktur dari ARC. Beberapa buku karyanya termasuk Accountability Politics: Power and Voice in Rural Mexico (Oxford 2007) dan Mexico’s Right-to-Know Reforms: Civil Society Perspectives (co-editor, Fundar/Wilson Center 2007). Ia berkolaborasi dengan sejumlah kelompok kepentingan publik berskala luas, organisasi-organisasi internasional dan pengambil kebijakan, serta saat ini menjadi anggota boards of directors of Fundar (Mexico) dan the Bank Information Center (Washington DC). Beberapa publikasi online nya bisa ditemukan di http://jonathan-fox.org/.